Lebih Efisien karena Suplai Gas Melimpah
JAKARTA - Suplai gas dari lapangan Tangguh berpotensi melimpah. Itu mendorong pemerintah untuk mengarahkan sektor industri supaya merelokasi atau membangun pabrik di sekitar sumber gas.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, kebijakan tersebut mengacu pada skema pengembangan industri LNG (liquid natural gas) di Arun (Aceh) dan Bontang (Kaltim). ''Dari pengalaman selama ini, seperti Arun dan Bontang, memang lebih efisien membangun pabrik pupuk atau industri lainnya di sekitar sumber gas,'' ujarnya di Jakarta Rabu malam (10/12).
Selama ini, kata Purnomo, sektor industri pupuk menjadi salah satu konsumen utama gas. Karena itu, pihaknya akan mendorong industri agar membangun pabrik di dekat lokasi Blok Tangguh yang terletak di Teluk Bintuni, Papua, tersebut. ''Ini kami usulkan ke (Departemen) Perindustrian,'' katanya.
Purnomo mencontohkan, saat ini, di dekat lokasi Arun dibangun pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan Asean Aceh Fertilizer (AAF), sedangkan di Bontang ada Pupuk Kalimantan Timur (PKT).
Dari total produksi gas Tangguh yang sebesar 7,2 juta ton per tahun, masih ada jatah gas yang belum terkontrak, terutama dari alokasi diversi jatah Sempra (AS) sebesar 1,8 juta ton per tahun. Dari jatah itu, 1 juta ton per tahun dialihkan ke Kogas (Korea) dan 200 ribu ton per tahun ke Tohoku (Jepang). Jadi, ada potensi 600 ribu ton per tahun. '''Kalau harga bagus, ini bisa diserap domestik,'' terangnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas) R. Priyono mengatakan, pemerintah tetap berkomitmen memprioritaskan pasokan gas dalam negeri. ''Ini jadi komitmen kami,'' ujarnya.
Sejak terbitnya UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas, BPMigas memiliki kewenangan mengarahkan distribusi gas dari perusahaan migas (Kontraktor Kontrak Kerja Sama atau KKKS).
Keberadaan UU Migas memang cukup efektif. Sebelum 2001, porsi pasar domestik hanya 28 persen dari total produksi gas nasional atau 5,52 triliun kaki kubik (TCF). Namun, setelah diberlakukannya UU Migas, porsi domestik meningkat hingga 56 persen atau sekitar 11,03 TCF.
Saat ini, gas menjadi energi primer favorit bagi industri. Sebab, selain lebih bersih, juga lebih murah.
Dirut PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Hendi Priyo Santoso mengatakan, penjualan PGN ke pasar industri selama semester I 2008 mencapai 551 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Jadi, berdasar perhitungan, potensi penghematan yang diperoleh industri senilai Rp 45 triliun. (owi/dwi)
0 komentar:
Posting Komentar