Minggu, 26 April 2009

Pemimpin Dunia Berjuang Keluar dari Krisis

Para pejabat keuangan dari kekuatan ekonomi besar dunia bertekad melanjutkan berbagai upaya untuk keluar dari resesi terburuk sejak 1930. Tujuan utamanya adalah membuat perbankan di setiap negara kembali mengucurkan kredit.

Walaupun demikian, para menteri keuangan berdebat dengan alot mengenai cara pemenuhan tambahan dana ke Dana Moneter Internasional (IMF) yang telah mencapai 1,1 triliun dollar AS.

Pertemuan dengan para pejabat keuangan dan IMF serta Bank Dunia di Washington, Amerika Serikat, dimulai Jumat (24/4) waktu setempat. Pertemuan itu hanya berselang tiga pekan setelah pertemuan para pemimpin Kelompok 20 (G-20).

Para menteri keuangan tidak membuat proposal baru dalam pertemuan Washington itu, tetapi menekankan bahwa setiap negara harus menjalankan komitmen yang telah dijanjikan.

Menteri Keuangan AS Timothy Geithner dan rekan-rekannya dari tujuh negara kaya (G-7) berjanji dalam pernyataan bersama akan memberikan obat fiskal, seperti pemangkasan pajak atau meningkatkan belanja pemerintah untuk memperbaiki perekonomian mereka. Selain itu, memperbaiki institusi keuangan di AS dan seluruh dunia dan kembali melancarkan kucuran kredit harus dilakukan sebelum perekonomian global dapat membaik.

”Kami berkomitmen untuk bersama-sama memperbaiki pasar tenaga kerja dan pertumbuhan serta mencegah krisis dengan magnitut sebesar ini terulang lagi. Kami akan melakukan segala cara yang diperlukan untuk mencegah hal itu terjadi lagi,” ujar para menteri keuangan itu.

Tugas pada setiap negara untuk memenuhi janji mereka dan para pejabat keuangan harus mendesak satu sama lain sehingga momentum ini tidak hilang.

”Implementasi adalah prioritas,” ujar Menteri Keuangan Perancis Christine Lagarde. Selain AS, anggota G-7 yang berpartisipasi adalah Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, Italia, dan Kanada.

Dalam pertemuan tersebut juga tidak didapatkan komitmen fiskal baru untuk menaikkan pinjaman darurat IMF yang saat ini sudah terkumpul sebesar 500 miliar dollar AS sebagai pemadam kebakaran finansial. Upaya untuk menaikkan dana darurat tersebut sempat tercetus dalam pertemuan G-20 di London.

Takehiko Nakao, seorang pejabat senior pada Kementerian Keuangan Jepang, menyatakan, negara-negara tersebut akan bertemu lagi segera dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dana sebelum akhir Juni.

Dalam pekan ini, Presiden AS Barack Obama akan meminta Kongres menambah dana sebesar 100 miliar dollar AS untuk IMF. Eropa dan Jepang juga sudah berkomitmen akan menambah sumbangan dalam jumlah yang sama. Akan tetapi, negara besar lainnya, seperti China, Rusia, dan Arab Saudi, belum menyatakan pendapat atau komitmen mereka sama sekali.

Namun, hal itu dapat diabaikan karena China dan negara berkembang besar lainnya, seperti India, ingin mengaitkan dukungan finansial seperti itu untuk membuat suara mereka lebih besar lagi di institusi global seperti IMF.

Keinginan itu sudah lama sekali diajukan, tetapi belum juga mendapat respons yang baik dari negara kaya anggota IMF lainnya.

Obligasi IMF

Di tengah kesepakatan memerangi krisis bersama, para menteri keuangan masih belum mencapai kata sepakat bagaimana meningkatkan sumber pendanaan bagi IMF. Perdebatan ini membuat IMF menjadi dua kubu, yaitu negara berkembang baru seperti China, Rusia, Brasil, dan India, serta negara kaya penguasa IMF seperti AS, Perancis, dan Inggris. Negara berkembang ingin agar negara kaya itu mendengarkan usulan dari mereka.

Isunya adalah bagaimana memenuhi janji untuk menyediakan dana sebesar 1,1 triliun dollar AS seperti yang telah disebutkan dalam pertemuan G-20. Negara kaya berharap agar China dan negara lain segera menyatakan berapa besar komitmen mereka. Adapun negara lain mendesak agar IMF lebih mempertimbangan penerbitan obligasi untuk mengumpulkan dana. Negara seperti China, India, Brasil, dan Rusia telah menyatakan akan membeli obligasi IMF daripada memberikan dana. IMF tidak pernah menerbitkan obligasi walaupun ide itu telah dikaji sejak tahun 1980-an.

Walaupun tampaknya skema penerbitan obligasi dan pinjaman tidak terlalu berbeda karena IMF harus sama-sama membayar bunga, perdebatan itu juga mengenai permintaan dari negara berkembang agar mendapatkan suara lebih banyak di IMF. Permintaan ini berarti menggerus dominasi Eropa dan AS seperti yang selama ini terjadi.
Share:

0 komentar: