Minggu, 04 Januari 2009

Rencana Lawatan Presiden Prancis ke Timur Tengah, Tak Jadwalkan Bertemu Hamas

GAZA - Perang antara Israel dan Hamas terus berlangsung. Tapi, upaya mendamaikan kedua kubu juga tak pernah berhenti. Setelah mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, kini giliran Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang akan turun tangan sebagai juru damai.

Sarkozy akan berkunjung ke Timur Tengah Senin besok (5/1). Dia dijadwalkan bertemu sejumlah pemimpin negara untuk membahas kemungkinan gencatan senjata di Jalur Gaza. Sebelum menginjakkan kaki di Jerusalem, Sarkozy bakal singgah di Mesir, bertemu Presiden Hosni Mubarak. Prancis berharap Mesir yang berbatasan langsung dengan Gaza makin intensif meningkatkan perannya sebagai penengah perseteruan antara Israel dan Hamas.

Setelah bertemu Mubarak, Sarkozy akan bertemu Perdana Menteri Israel Ehud Olmert sebelum mengunjungi Presiden Palestina Mahmud Abbas. Pada hari berikutnya, Sarkozy bakal bertolak ke Damaskus untuk berdiskusi dengan Presiden Syria Bashar al-Assad. Syria ikut memainkan peran penting karena termasuk tetangga kedua kubu yang berkonflik.

Syria juga menjadi tempat Pemimpin Hamas Khaled Meshaal mengasingkan diri. Namun, di antara sekian jadwal kunjungan, Sarkozy tidak berencana menemui Hamas. Padahal, dengan Hamas-lah, Israel menyatakan berperang. Hamas-lah yang dituding Israel sebagai pemicu keputusan mereka menggempur Gaza.

Keputusan Sarkozy untuk tidak bertemu Hamas itu, tampaknya, terkait dengan sikap Uni Eropa dan Amerika Serikat selama ini. Keduanya memang mengecap Hamas sebagai organisasi teroris.

''Ini perjalanan berisiko, tapi inilah jalan yang harus dilalui,'' kata analis politik Dominique Moisi seperti dilansir Channel News Asia.

Keinginan Sarkozy mengunjungi Palestina itu disambut baik pemerintah Abbas. Dia bakal menyambut Sarkozy di ibu kota Ramallah sebelum berangkat ke markas PBB di New York terkait resolusi gencatan senjata.

''Presiden Mahmud Abbas bakal bertemu Presiden Sarkozy di Ramallah Senin (besok). Lalu, dia akan bertolak ke New York untuk berpidato di hadapan Dewan Keamanan PBB untuk meminta Israel menghentikan serangan ke Gaza,'' kata Saeb Erakat, negosiator Palestina, kepada AFP. Masih belum jelas kapan tanggal persis Abbas menyampaikan pidato di PBB.

Sebelumnya, Israel menolak proposal gencatan senjata 48 jam yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Prancis. Meski tujuannya mempermudah bantuan internasional masuk ke Gaza, Israel menganggap proposal itu tak realistis. (ape/ttg)
Share:

0 komentar: