Israel Lanjutkan Agresi dari Darat, Hamas Siapkan Perang Kota
GAZA CITY - Serangan udara pesawat tempur Israel menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Sepanjang Sabtu kemarin (3/1), hanya dua lusin target yang disasar bom-bom pintar jet F-16 Israel atau separo jumlah serangan pada hari sebelumnya.
Hampir semua target itu adalah gedung-gedung kosong yang diklaim Israel sebagai gudang senjata, pusat pelatihan, serta rumah pemimpin kelompok pejuang Palestina, Hamas.
Namun, berkurangnya bom yang dijatuhkan jet tempur tersebut tidak menjamin warga Palestina di Gaza bebas dari kejamnya konflik militer. Penduduk Gaza dan aktivis kemanusiaan kini berdebar-debar menunggu datangnya serangan darat Israel yang dipastikan lebih dahsyat dan merusak. Perang kota antara pejuang Hamas dengan bala tentara Israel akan meletus saat tank-tank Israel melintasi perbatasan.
Tanda-tanda invasi darat itu terlihat dari pola sasaran bom jet tempur Israel kemarin. Israel terus mengebom wilayah sekitar perbatasan untuk membersihkannya dari ranjau. Pembersihan jalur perbatasan tersebut akan memudahkan tank-tank, kendaraan bersenjata, serta 2.000 anggota pasukan yang ditempatkan di perbatasan menuju pusat kota.
Juru Bicara Pasukan Israel Avital Leibovitch menyatakan, pasukan darat tinggal menunggu komando untuk memasuki Gaza. ''Seperti kami tegaskan saat awal serangan, bombardir udara hanya langkah awal untuk sebuah operasi lebih besar,'' ujarnya kemarin.
Jika target serangan Israel sejak Sabtu 27 Desember lalu adalah membungkam roket-roket pejuang Hamas, memang serangan darat menjadi pilihan yang harus diambil. Meski dibombardir habis-habisan, sampai kemarin roket-roket para pejuang Hamas masih terus melesat ke wilayah Israel.
Petugas medis dan militer Israel menyebutkan, sedikitnya 10 roket Hamas mendarat di Israel Selatan kemarin dan menyebabkan dua orang terluka ringan. Satu roket menghantam gedung bertingkat empat di Ashdod, pelabuhan terbesar kedua Israel yang terletak lebih dari 30 kilometer dari perbatasan Gaza. Proyektil lainnya menghantam satu rumah di Kota Ashkelon, 13 kilometer di utara Gaza, tanpa menimbulkan korban.
Para pejuang di Gaza telah menembakkan sekitar 500 roket dan mortir ke wilayah Israel sejak serangan dimulai. Roket dari Gaza telah menewaskan empat warga Israel serta melukai beberapa puluh orang. Jumlah korban dari pihak Israel itu tidak sebanding dengan korban serangan di pihak Palestina yang menewaskan sedikit-dikitnya 436 orang, termasuk 75 anak, serta melukai 2.290 orang lainnya di wilayah Gaza.
Di lain pihak, kelompok Hamas mengklaim serangan darat Israel sebetulnya sudah terjadi, namun mereka berhasil menggagalkannya. Seorang juru bicara Hamas mengungkapkan bahwa mereka berhasil mendeteksi para tentara Israel memasuki perkampungan Shajaiyeh di Kota Gaza yang berbatasan dengan Israel.
Setelah itu, Hamas menembakkan enam mortir ke arah mereka. Militer Israel kabarnya membalas tembakan tersebut. Namun, mereka terpaksa kembali ke wilayah Israel.
Pemimpin Hamas di pengasingan, Khaled Meshaal, menjanjikan akan ada perang paling berdarah jika Israel memasuki Gaza. ''Israel perlu tahu, kehancuran akan menunggu kalian di Gaza. Kalian akan terbunuh, terluka, atau tertangkap,'' ujarnya mengancam melalui siaran TV Al Jazirah dari Syria kemarin.
Pejuang Hamas, lanjut dia, akan membuat tentara Israel cerai berai. ''Pejuang kami akan bertempur sampai mati dari jalan ke jalan, dari satu rumah ke rumah lainnya, dari setiap jengkal tanah kami,'' tegasnya.
Sementara itu, AS kembali membuktikan ke dunia sebagai pendukung setia Israel. Saat seluruh dunia mengutuk Israel, Presiden AS George W. Bush dalam pidato yang disiarkan kemarin pagi WIB malah mengecam Hamas sebagai biang keladi memburuknya situasi di Gaza. Dia sama sekali tidak mengkritik Israel. ''Kekerasan akhir-akhir ini dipicu oleh Hamas, kelompok teroris Palestina yang didukung Iran dan Syria yang menginginkan kehancuran Israel,'' kata Bush yang jabatannya tinggal 16 hari itu.
Gaza Gawat
Situasi di Gaza makin buruk. Kelompok bantuan kemanusiaan menyatakan suplai makanan dan bahan bakar makin berkurang. Rumah-rumah sakit melaporkan kekurangan makanan, bahkan yang paling mendasar. Mereka menyatakan tidak memiliki kapasitas lagi untuk mengatasi bertambahnya jumlah korban tewas.
Permintaan bantuan dari Gaza itu diabaikan Menlu Israel Tzipi Livni. Menteri perempuan tersebut membantah adanya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Karena itu, tidak perlu ada gencatan senjata kemanusiaan.
Setelah bertemu Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, Livni menolak imbauan Prancis untuk memberlakukan 48 jam gencatan senjata agar bantuan kemanusiaan bisa masuk. ''Israel telah memasok bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, bahkan makin meningkat hingga hari ini,'' tegasnya. Deplu Israel menyatakan, sejak awal operasi militer Israel, 335 truk berisi bantuan kemanusiaan sudah dikirim ke Gaza.
Namun, menurut Karen Abu Zayed, komisaris Bantuan PBB (UNRWA) di Gaza, selama delapan tahun dirinya bertugas, tidak pernah terjadi kekurangan bantuan yang sangat akut seperti sekarang. ''Saya memohon dan sedih saat melihat penderitaan di sekeliling saya,'' katanya.
Hasan Khalaf, asisten wakil menteri kesehatan Gaza, menggambarkan situasi di Gaza sebagai pembantaian Israel.
Bantuan Indonesia
Tim bantuan kemanusiaan asal Indonesia yang membawa obat-obatan tiba di Aman, Jordania, Jumat pukul 15.30 waktu setempat atau 20.30 WIB, setelah menempuh perjalanan 20 jam dari Jakarta -dengan transit di Singapura dan Doha, Qatar.
Tim itu disambut Utusan Khusus Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) Peter Ford. Menurut Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan (PPK Depkes) Rustam S. Pakaya, dalam pertemuan itu dijanjikan ada pertemuan tim bantuan Indonesia dengan Presiden Mahmoud Abbas.
Rustam menambahkan, bila pertemuan dengan presiden Palestina itu terwujud, pihaknya akan menyerahkan secara langsung bantuan dua ton obat-obatan dan bantuan uang tunai Rp 2 miliar, dari total bantuan dari Pemerintah Indonesia yang berjumlah USD 1,25 juta.
Setelah dari Jordania, delegasi akan menuju Mesir untuk persiapan membuka rumah sakit (RS) lapangan di Rafah, kawasan perbatasan yang berdekatan dengan Jalur Gaza.
Dari dalam negeri, tiga relawan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) menyusul berangkat ke Palestina tadi malam. Mereka adalah Ketua Presidium MER-C Sarbini, ahli spesialis anastesi-pembiusan Indra Giri, serta relawan nonmedis Farid Thalib. ''Kami akan tiba di Kairo, Mesir, besok pukul 16.05,'' ujar Sarbini di Kantor MER-C, Senen, Jakarta Pusat, kemarin.
Rencananya, sampai di Mesir, ketiga relawan tersebut mencoba memasuki Palestina melewati Jalur Gaza. Mereka juga akan bergabung dengan dua relawan yang lebih dulu berada di sana, yaitu ahli bedah tulang Jose Rizal Jurnalis dan Mursalim. ''Apabila relawan bisa masuk ke Jalur Gaza, kami akan melakukan operasi medis kepada para korban. Tetapi, bila kami tidak bisa masuk ke Jalur Gaza, kami akan berperan sebagai transporter bantuan yang diamanahkan masyarakat,'' tambahnya.
Pada keberangkatan kali ini, mereka membawa tiga jenis alat operasi. (AP/Rtr/zul/kim)
Minggu, 04 Januari 2009
Home »
INTERNASIONAL
» Israel Lanjutkan Agresi dari Darat, Hamas Siapkan Perang Kota






0 komentar:
Posting Komentar