JAKARTA - Hari ini, perdagangan di bursa saham untuk 2009 dibuka. Khalayak tahu, pesta di industri pasar modal berakhir pada 2008. Kenaikan indeks sebesar 52 persen pada 2007 ternyata tak berlanjut pada 2008. Indeks justru tertebas 51 persen. Tak ada lagi senyum mengembang dari para investor cum spekulan.
Ya, kondisi umum pasar modal di tanah air sepanjang 2008 memang sangat lesu, lindap digebah tsunami di sektor finansial. Tulah krisis finansial global investor panik yang membuat harga aset di industri pasar modal, mulai dari saham, obligasi, maupun reksadana, kian terkikis.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI tergelincir sekira 51 persen dari posisi 2007. Bapepam-LK mencatat, penurunan indeks BEI sebagai yang terburuk di antara bursa kawasan. "Kenyataan ini harus diterima, dari terbaik kedua pada 2007 menjadi terburuk keempat," ujar Dirut BEI Erry Firmansyah pekan lalu.
Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia Budi Ruseno menuturkan, kinerja indeks menunjukkan adanya kepanikan investor. Sebab, fundamental emiten sebenarnya masih sangat kokoh. "Kita semua tentu mengharapkan investor kembali rasional, kembali ke fundamental perusahaan." Ada banyak cara melihat prospek kinerja emiten, termasuk yang paling mudah adalah melihat price earning ratio-nya.
Tergerusnya harga saham membuat kapitalisasi pasar di bursa tergerus hampir separonya (46,37 persen), dari Rp 1.988,3 triliun menjadi Rp 1.072,5 triliun. Setidaknya Rp 915,8 triliun aset menguap sepanjang 2008. Investor-spekulan pun bermuram durja.
Tapi, sesal juga tiada arti. "Itulah dunia investasi: high risk high return," ujar pakar investasi Roy Sembel. Yang penting, semua elemen harus bersiap mengantisipasi kondisi pada 2009, di mana banyak pihak meramalkan akan menjadi tahun yang sangat berat. Tentu dari apa yang terjadi pada 2008 banyak pelajaran yang bisa dipetik. "Tak ada yang harus disesali atas apa yang terjadi pada 2008. Pandangan harus ke depan, antisipasi dan benahi semua kekurangan. Setidaknya agar kita mampu survive di tengah kondisi krisis 2009," pesan Menkeu Sri Mulyani dalam temu wicara dengan pelaku pasar pekan lalu.
Otoritas bursa, kata Erry dan Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany, punya sejumlah pekerjaan rumah untuk membangkitkan kembali industri pasar modal. Menurut Erry, bursa akan fokus pada upaya menggairahkan pasar. Juga, mengembalikan dan meningkatkan kepercayaan investor.
Bagaimana caranya? Salah satunya dengan mengkaji untuk mengembalikan batas mekanisme auto rejection untuk batas atas. Ini agar pasar bisa terangkat lebih signifikan. Namun, "Kami akan sangat hati-hati. Intinya jangan sampai pasar jatuh lagi," jelas Erry.
Untuk meningkatkan kepercayaan investor, sambung dia, otoritas akan menegakkan regulasi secara lebih ketat. "Tidak hanya kepada AB (anggota bursa, Red), tapi juga ke emiten," tegasnya. "Semua harus konsisten. Kita juga sudah memulai untuk memublikasikan UMA (unusual market activity, pergerakan saham emiten yang dinilai tidak wajar, Red) agar investor mengerti," sambungnya.
Dari Bapepam-LK, Fuad optimistis kebangkitan pasar modal bisa dimulai pada 2009, meski tentu growth-nya tidak bakalan sekencang laju selama 2007, di mana ada kenaikan indeks hingga 52 persen. Dia menuturkan, Bapepam-LK pasti akan memberikan stimulan. Dua di antaranya adalah memperkecil market risk dan melakukan penegakan hukum dengan tegas. (fan)






0 komentar:
Posting Komentar