JAKARTA - Inflasi akhir tahun 2008 dipastikan melandai. Koreksi harga BBM (bahan bakar minyak) jenis premium dan solar pada Desember 2008, menekan dampak inflatoar. Padahal, biasanya momen akhir tahun selalu ditutup dengan angka inflasi tinggi.
"Untuk Desember hampir bisa dikatakan flat. Jadi kalau ada inflasi ataupun deflasi, itu tidak signifikan, hanya nol koma nol sekian," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan kepada Jawa Pos kemarin (2/1). BPS akan resmi mengumumkan inflasi pada 5 Januari.
Rusman mengatakan tekanan permintaan karena Natal dan Tahun baru bisa diimbangi oleh penurunan harga BBM. "Jadi berimbang. Memang biasanya kalau Desember itu inflasi cukup tinggi, tapi penurunan harga premium dan solar itu cukup menghambat inflasi," kata Rusman.
Selain Natal dan Tahun baru, penyebab inflasi lainnya adalah bahan pokok, terutama beras. "Untuk bahan makanan pokok, beras agak naik. Ini karena sekarang adalah musim tanam," katanya.
Rusman mengatakan, dengan kecenderungan pada Desember ini, target inflasi 11,4 persen bisa tercapai. "Karena kalau pun ada inflasi tidak signifikan. Sedangkan inflasi kumulatif November lalu hanya 11,1 persen," ujarnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Anggito Abimanyu mengatakan Desember masih mungkin terjadi deflasi pada sejumlah komoditas. " Harga-harga yang dibayar oleh konsumen bisa turun sehingga mengurangi biaya-biaya atau inflasi pada umumnya," kata Anggito.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati optimistis kecenderungan inflasi melandai akan terjadi pada tahun ini. Ini akan menjadi salah satu kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pada 2009, yaitu di level 6 persen. "Inflasi akan bisa terkendali, bahkan di bawah level yang ditargetkan. Turunnya harga BBM dan komoditas akan membuat inflasi akan turun," kata Menkeu..
Inflasi rendah akan menimbulkan efek berantai pada jalur perekonomian lainnya. Suku bunga acuan BI rate akan mulai terus dikoreksi seiring turunnya inflasi. "BI pasti akan melihat inflasi telah turun, kemudian dipikirkan bagaimana caranya agar mampu memberi stimulus moneter. Yaitu, lewat penurunan BI rate," tutur Menkeu. Selain itu, stabilitas rupiah akan mampu menjaga level pertumbuhan ekonomi. (sof/fan)






0 komentar:
Posting Komentar