SURABAYA - Predikat guru ideal 2008 tingkat SMA yang disandang Clara Sri Sudarmi tidak lantas membuat dia berhenti menimba ilmu. Justru gara-gara gelar tersebut, Clara makin termotivasi untuk terus meningkatkan kompetensi diri. "Sebagai guru ideal, saya berusaha sebaik mungkin menunjukkan kompetensi, jangan sampai turun," katanya.
Salah satu cara meningkatkan kompetensi diri, guru bahasa Inggris SMAN 5 Surabaya itu kuliah lagi di Pascasarjana Universitas Widya Mandala. Meski tidak lagi muda, wanita kelahiran Aceh, 22 September 1949, itu tetap semangat kuliah. Selama dua bulan mengikutri pendidikan, tidak pernah sekali pun absen. "Saya senang masuk kuliah. Saya tidak minder meski tercatat sebagai mahasiswa tertua," ujarnya, lantas tertawa.
Di ruang kuliah, nama Clara sangat populer. Banyak mahasiswa yang tahu bahwa dia memenangi even pemilihan guru ideal 2008 yang diselenggarakan Jawa Pos serta Dinas P dan K Jatim. Karena itu, Clara sering diminta bercerita tentang pengalamannya menjadi guru ideal, juga pengalaman menjadi pendidik yang telah dilakoni sejak 1972. "Karena pengalaman itulah, saya juga bersemangat sekolah lagi," ujarnya.
Seperti guru-guru ideal lain, Clara mengaku tidak memiliki persiapan khusus. Bahkan, saat diajukan pihak sekolah menjadi salah satu peserta, dia sedang mengikuti penataran Information and Communication Technology (ICT) di Bogor. "Saya hanya menjawab siap saat kepala sekolah mengatakan saya diikutkan pemilihan guru ideal," katanya.
Saat tes, Clara pun melaluinya tanpa beban. Dia hanya melakukan hal terbaik sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki. Untung, nenek tiga cucu itu tidak menemui hambatan berarti saat mengikuti seleksi. Apa yang diujikan bukan merupakan hal asing lagi baginya. Semua sudah dijalani saat mengajar sehari-hari. "Jadi, persiapannya ya pengalaman menjadi guru bertahun-tahun selama ini," jelasnya. ''Apa yang saya lakukan, itu yang saya tampilkan," sambungnya.
Meski tanpa persiapan berlebih, sebagai peserta Clara tentu berharap bisa menjadi juara. Karena itu, saat namanya disebut sebagai pemenang, dia sangat senang. Tidak hanya senang, perasaan bangga juga merasuki jiwanya. Apalagi, dia merupakan satu-satunya pendidik dari Surabaya yang berhasil menyandang gelar guru ideal. "Bangga bisa membawa nama baik SMAN 5 dan Surabaya. Ini semua karunia Tuhan. Saya percaya Tuhan selalu di samping saya," ucapnya.
Sebagai salah satu pemenang, hingga kini Clara mengaku masih memiliki kesan yang mendalam dalam grand final even pemilihan guru ideal. "Mau tampil deg-degan terus," ucapnya. Prestasi yang diraih makin sempurna dengan berbagai hadiah yang diterima. Mulai uang tunai Rp 5 juta, sepeda motor, laptop, hingga handphone. Semua karunia itu pun dimanfaatkan Clara dengan baik. Tidak lupa, dia membagikan sebagian hadiah kepada anak didik serta rekannya. Hadih laptop pun dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengajar.
Metode mengajar guru berkacamata itu berbasis ICT. Apalagi, dia menjadi pembimbing siswa di kelas RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional). Karena itu, tidak heran peranti elektronik itu selalu dia bawa saat mengajar. "Kantor saya di situ (laptop). Semua data di situ, makanya ke mana-mana saya bawa," ujarnya.
Clara berharap, even pemilihan guru ideal selalu ada tiap tahun. Dia berpesan kepada peserta agar menunjukkan kompetensi yang dimiliki dengan jujur. Berusahalah sebaik-baiknya. (may/oki)






0 komentar:
Posting Komentar