Jumat, 12 Desember 2008

Parpol Islam Diimbau Koalisi, Ulang Poros Tengah 1999

JAKARTA - Kemilau poros tengah (koalisi parpol berbasis massa Islam) pada Pemilu 1999 coba digosok lagi oleh sebagian pemimpin ormas Islam. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, misalnya, mengimbau parpol agar bersatu padu menuju Pilpres 2009.

''Saya berharap, PPP, PBB, PKS, PKNU, PNUI, PKB, dan PAN tidak terpecah belah,'' ujar Din pada acara diskusi urgensi koalisi parpol Islam di Kantor Center for Dialogue and Cooperation Among Civilization, Jakarta, kemarin (11/12).

Karena itu, Din berharap, muncul poros koalisi seperti poros tengah pada Pemilu 1999 yang menyatukan banyak parpol Islam. Din juga mengingatkan, pada Pemilu 1999-2004, koalisi poros tengah pernah sangat menentukan pusaran politik parlemen dan kepresidenan. ''Saat itu tokoh yang punya background organisasi dan parpol Islam sukses memegang kendali elite parlemen dan kepresidenan,'' katanya.

Din memberi contoh sejumlah tokoh Islam yang bisa bahu-membahu. Abdurrahman Wahid menjadi presiden. Amien Rais menjadi ketua MPR, Akbar Tandjung menjadi ketua DPR, dan akhirnya Hamzah Haz (PPP) menjadi wakil presiden. ''Pada periode itu, 20 parpol Islam menjadi peserta Pemilu 1999 yang sangat demokratis,'' tambahnya.

Namun, di antara 20 parpol Islam itu, hanya 10 yang memperoleh minimal satu kursi atau lebih di DPR. Saat itu kekuatan utama parpol Islam ada pada PPP, PKB, PAN, dan PBB. ''Kekuatan gabungan parpol Islam saat itu hanya sekitar 37,6 persen,'' paparnya.

Saat ini, tambah dia, dengan syarat persentase pengajuan capres dengan 20 persen suara kursi parlemen atau 25 persen suara sah nasional, akan sangat berat bagi parpol Islam untuk berkiprah di panggung utama parlemen dan kepresidenan.

''Karena itu, wacana agar partai-partai Islam bisa bersatu dalam hal-hal yang bersifat strategis seperti pilpres perlu dipertegas mulai sekarang. Perlu dimunculkan lagi koalisi parpol Islam atau bisa juga disebut sebagai poros tengah baru atau poros tengah jilid II,'' kata Din.

Din yang juga fungsionaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu sangat menghargai jika ada parpol Islam yang mau terbuka untuk berkoalisi. Dengan begitu, diharapkan terbentuk poros tengah jilid II.

Jika itu bisa diwujudkan, parpol Islam akan menjadi kekuatan besar ketika menghadapi Pemilu 2009. ''Lingkaran-lingkaran politik Islam setelah kuat baru bisa melakukan koalisi dengan parpol-parpol lain. Tapi, kalau mau jalan masing-masing, silakanlah,'' ujarnya.

Lantas, siapa yang layak menggagas koalisi parpol Islam? Din berpendapat, koalisi bisa dimulai dari parpol yang punya usia tua atau punya basis massa yang signifikan. ''Parpol seperti PPP, PBB, PKS, atau PBR, saya kira, punya kemampuan yang sama untuk mendukung dan mulai menggagas koalisi ini,'' usulnya.

Sementara itu, Wakil Sekjen Partai Bintang Reformasi (PBR) Muhlis Ali berpendapat, koalisi membangun kembali poros tengah jilid II memang cukup strategis dilakukan parpol Islam. Terutama, demi agenda penting mengawal demokrasi.

''Aliansi strategis parpol Islam untuk mengawal proses demokrasi sangat perlu. Namun, konfigurasi itu tidak menjadi strategis jika belum ada kesepakatan antara elite parpol Islam,'' jelas Muhlis di Jakarta kemarin.

Artinya, lanjut dia, aliansi strategis atau membangun kembali poros parpol Islam harus tidak dibungkus oleh isu eksklusif atau primordial. ''Kalau pandangan eksklusif yang dibangun, positioning umat Islam tidak strategis dilihat dari sudut kebangsaan,'' ujarnya.

Meski begitu, tegas Muhlis, partainya siap berdialog dengan parpol Islam lain untuk membangun koalisi strategis itu. (yun/mk)
Share:

0 komentar: