Tapi Polisi Tak Kunjung Akhiri
JOMBANG - Keputusan aparat keamanan membiarkan praktik pengobatan oleh bocah cilik Ponari kembali berakibat fatal kemarin (9/2). Praktik penyembuhan dengan batu oleh bocah 10 tahun asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, yang sebelumnya sudah ditutup karena menelan korban dua orang tewas kembali diizinkan buka mulai Minggu (8/2). Akibatnya sangat tragis. Baru sehari dibuka, dua orang langsung tewas di lokasi kemarin (9/2). Dengan tambahan dua korban itu, berarti sudah empat orang tewas sejak praktik dibuka 20 hari lalu.
Radar Mojokerto (Jawa Pos Group) melaporkan, praktik dukun tiban yang berlangsung sejak 17 Januari lalu dan didatangi puluhan ribu pengunjung itu sebetulnya ditutup sejak Kamis (5/2). Penyebabnya, praktik itu sudah merenggut nyawa Rumiadi, 58, warga Kediri, dan Nurul Niftadi, 42, warga Jombang.
Namun, pelajaran mahal itu tak membuat jera. Tempat praktik penyembuhan alternatif Ponari kembali dibuka, Minggu (8/2). Pembukaan ini sehari lebih cepat dari yang dijadwalkan. Pihak keluarga, pamong desa, dan kepolisian setempat berdalih, keputusan membuka praktik itu tidak lepas dari banyaknya ''pasien'' yang terus berdatangan. Selain itu, jalan dusun ke rumah Ponari pun telah dipaving. ''Karena banyak orang yang datang untuk mendapatkan pengobatan, akhirnya panitia mengambil kesepakatan membuka praktik Ponari pada Minggu,'' kata Kepala Desa Balongsari Retno Nila Cahyani.
Hal senada dikatakan Sakwan, personel keamanan dari Koramil setempat. Ketidaksabaran pasien yang mengantre itu akhirnya memaksa pihak keamanan mengizinkan pembukaan lebih awal dari yang dijadwalkan. Tentu dengan pengamanan ketat dari Polsek Megaluh, TNI, dan Koramil setempat.
Namun, keputusan "panitia" bersama itu terbukti menjadi awal tragedi baru yang lebih memilukan. Mendengar kabar praktik dukun Ponari kembali dibuka, puluhan ribu warga dari Jombang dan daerah-daerah lain di Jawa Timur, bahkan luar Jawa, kembali berbondong-bondong ke Dusun Kedungsari.
Sejak Minggu (8/2) malam arus kendaraan tiada henti mengarah ke arah Desa Balongsari. Hingga kemarin pagi, antrean mobil yang terjebak macet sudah mencapai pintu masuk Dusun Kedungboto, Desa Balongsari, yang jaraknya masih sekitar tiga kilometer dari tempat praktik Ponari. Hal itu memaksa petugas Satlantas Polres Jombang menutup jalan dan mengalihkan arus kendaraan.
Diduga tak tahan dengan panjangnya antrean, Muchtasor, 56, warga Desa Karangsono, Kecamatan Kanigoro, Blitar, meninggal sebelum sempat "diobati" oleh Ponari. Diduga Muchtasor meninggal akibat penyakit yang dideritanya, ditambah kondisi fisik yang sedang kelelahan.
Belum tuntas pengusutan kematian Muchtasor, satu lagi pengunjung praktik dukun Ponari tewas sekitar pukul 17.00 kemarin. Korban kedua diketahui bernama Marwi, 55, warga Dusun Gronggot, Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Jombang. Hanya, saat berita ini ditulis, belum diketahui secara pasti penyebab kematian Marwi.
Petugas Polsek Megaluh dan Polres Jombang juga masih memintai keterangan sejumlah saksi. Sejumlah warga mengatakan, korban bukanlah pengantre. Marwi adalah pedagang yang sejak beberapa hari lalu ikut berjualan di lokasi praktik Ponari.
Seperti tindakan pada saat jatuh dua korban tewas pekan lalu, pascainsiden kemarin Polres Jombang dan muspika kembali memutuskan menutup tempat praktik Ponari.
Jatuhnya empat korban tewas itu belum kunjung memunculkan niat aparat keamanan untuk mengakhiri praktik dukun cilik Ponari. Kapolres Jombang AKBP M. Khosim bahkan menjanjikan skenario pengamanan baru. Termasuk membuat jalur antrean baru. "Nanti dibangun dua atau tiga jalur. Salah satunya khusus untuk manula ataupun pengunjung yang kondisinya tidak memungkinkan untuk mengantre berdesakan," ujarnya tanpa sama sekali menyinggung kemungkinan penghentian praktik dukun Ponari selamanya.






20 komentar:
Iya begitulah Indonesia..?
Knp ya kita kok masih percaya ama dukun????
Meski kedengarannya mustahil, tapi begitulah kondisi yang ada di wilayah jombang
Lebih baik praktik seperti itu di tutup selamanya
Kalau di tutup selamanya bagaimana dengan masyarakat yang mau berobat ke sana?
Praktik seperti itu bisa-bisa merusak aqidah masyarakat yang ada disekitarnya, karena mereka mempercayai bahwa dukun cilik yang bernama PONARI bisa menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Dengan begitu masyarakat akan lupa bahwa segala nikmat yang ada in adalah pemberiah ALLAH semata.
Saya setuju bahwa praktik harus di tupup
Kpn MUI mau menutup praktik tersebut?
Apa pihak PONARI mau bertanggung jawab atas kematian para pasien yang rela mengantri demi mendapatkan pengobatan darinya? jangan sampai korban berjatuhan lagi, mudah2an ini adalah korban yang terakhir. amiiiiiiin
Apapun alasannya praktik dukun cilik yang bernama PONARI harus dihentikan
Mas bulan depan jadi pulang ke bjn ta?
sLam Persaudaraan dari aq keluarga besar PSHT,!
Mas Kok bukan berita-berita dari PERSIBO yang di pakai halaman utama?
Ponari cerita anak kecil yang menggembarkan Jawa Timur
Mungkin perlu ada suatu mekanisme tentang bagaimana sistem pelayanan Pasien PONARI. hehehe
Kok kayak Rumah Sakit az...!
@ Acha
Kok kayak judul skripsi gitu komentarnya...?????
sLm damai bersaudara BOROMANIA se-Jagad Raya
Apa kasus meninggalnya pasien yang berobat di tempat PONARI bisa di bawa ke meja Hijau,!
Pak Polisi mohon dengan hormat untuk menyelediki kasus tersebut ya.................
Aslamu'alaikum
Lawan Persekabpas nanti harus nonton lo........
Posting Komentar