Senin, 09 Februari 2009

Sekolah Kreativitas Tanpa Batas Usia

Nama Dick Doank sudah cukup dikenal di kalangan remaja dan ABG (anak baru gede). Pemilik nama asli Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda itu dalam beberapa tahun ini memang concern pada anak-anak dan remaja. Di Kandank Jurang Doank (KJD), tempat yang dia dirikan di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang, 15 tahun lalu, dia menyediakan berbagai program bermain menarik untuk anak-anak dan ABG.

KJD berdiri di atas lahan sekitar 1.000 meter persegi. Letaknya persis berada di mulut jurang tepat di depan kediaman Dick Doank. Awalnya, KJD memang sebuah lahan miring mirip jurang. Lokasinya curam dengan kemiringan yang ekstrem. Tak ada bangunan di tempat tersebut, kecuali sawah. Lahan tidur itu lantas dibeli oleh Dick Doank.

Lahan yang miring tersebut lantas disulap menjadi lahan datar. Di atasnya, berbagai ''wahana'' permainan berdiri. Di antaranya, Museum Pustaka, ruang broadcasting, ruang media, panggung pertunjukan lengkap dengan tempat duduk yang melingkar. Di tengah KJD, dibikin lapangan bola ukuran lapangan futsal.

KJD memang didesain untuk anak-anak dan ABG. Banyak program yang ditawarkan. Program-program itu dibuat seperti kelas-kelas. Di antaranya, kelas fotografi, kelas menggambar, kelas puisi, kelas media, dan kelas menulis. Mereka yang ikut tak bisa asal keluar masuk kelas.

''Yang ikut didata. Jadi, ini seperti belajar sekaligus bermain,'' kata Dick saat ditemui di KJD kemarin (8/2). Lelaki 40 tahun itu masih berpenampilan muda. Rambutnya yang mulai menipis disemir cokelat. Dia mengenakan kaus Scooby Doo & Batman. Untuk bawahannya, mantan presenter sepak bola tersebut mengenakan celana berbahan denim dengan suspensi yang dibiarkan menggantung.

Dick menuturkan, pada awal berdirinya KJD, ada 2.500 anak-anak dan ABG yang ikut. Mereka tak hanya berasal dari kampung kompleks. Bahkan, ada anak-anak yang berasal dari Depok, Bekasi, dan Bogor.

KJD pun overload. Program tidak berjalan karena banyaknya peserta. ''Kami akhirnya mengurangi jumlah mereka sampai hanya 500 anak,'' kata Dick Doank.

Awalnya, ''sekolah'' di KJD berlangsung Sabtu dan Minggu. Lambat laun, jam belajar itu meningkat. Tiap Senin sampai Jumat kegiatan berlangsung. Biasanya, kegiatan tersebut dilakukan pada sore setelah anak-anak belajar di sekolah formal. Di salah satu pintu masuk salah satu ruangan, terdapat tulisan adik-adik main ke sini setelah sholat ashar.

Tiap tahun, kata Dick, KJD membuka pendaftaran ''murid-murid'' baru. Ada batasan usia? Lelaki 40 tahun itu menggeleng. ''Umur berapa pun boleh ikut.''(aga/gen/kum)
(sumber:jawa pos)
Share:

5 komentar:

Anonim mengatakan...

BELAJAR TIDAK MENGENAL WAKTU DAN USIA
SELAMA MASIH HIDUP KITA MESKI HARUS BELAJAR
BELAJAR... BELAJAR... DAN BELAJAR

Anonim mengatakan...

Saya setuju seali dengan adanya program Sekolah Kreativitas Tanpa Batas Usia.
Mudah2an mengurangi buta huruf yang ada di Indonesia...!!!!!!! amiiiiin

Anonim mengatakan...

sLm knaL bwt BOROMANIA CYBER...!!!!!

Anonim mengatakan...

Kpn ya kira2 BOJONEGORO bisa melakukan program semacam tersebut di atas?

abinehanafi mengatakan...

solusi ketika biaya sekolah makin mahal?