Minggu, 04 Januari 2009

Jaga Neraca Pembayaran

JAKARTA - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus menjaga neraca pembayaran agar tidak defisit. Ini untuk menghindari defisit kembar, yakni tekor pada APBN dan neraca pembayaran sekaligus, yang pernah menjadi salah satu pemicu krisis ekonomi pada 1997-1998 silam.

Wakil Ketua Panitia Anggaran Suharso Monoarfa mengatakan defisit kembar bisa membuat Indonesia rentan terhadap imbas krisis keuangan dunia. "Defisit pada neraca pembayaran terutama, akan membuat nilai tukar rupiah melemah," kata Suharso.

Suharso mengatakan, pemerintah bersama BI harus membuat upaya taktis untuk mencegah terjadinya defisit pada neraca pembayaran ini. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kinerja ekspor. Perbaikan kinerja ekspor ini, selain bisa menambah surplus neraca pembayaran, juga bisa memacu ekonomi dalam negeri.

"Sayangnya pemerintah selama ini kurang memperhatikan sektor riil," katanya. Karena sektor riil kurang diperhatikan, begitu aliran modal jangka pendek keluar, neraca pembayaran langsung goyah.

Untuk APBN, kata Suharso, tidak masalah jika terjadi defisit. Bahkan defisit APBN di 2009 bisa dinaikkan hingga 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut dia, defisit APBN tidak masalah jika digunakan untuk menambah stimulus fiskal yang bermanfaat langsung bagi perekonomian, terutama membuka lapangan kerja baru.

Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR Dradjad Hari Wibowo mengatakan struktur neraca pembayaran selalu menjadi titik lemah ekonomi nasional. Saat nilai tukar rupiah terdepresiasi, seharusnya pemerintah memberikan insentif kepada industri subtitusi impor. "Selama ini industri subtitusi impor masih kurang kuat," kata Dradjad.

Laporan BI pada triwulan III-2008 menunjukkan perkembangan ekonomi global telah memberi tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Ekspor tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan impor. Impor yang masih tumbuh tinggi terkait dengan kuatnya permintaan domestik, disamping adanya kenaikan harga. Melambatnya perekonomian di negara maju, disertai penurunan harga komoditas dunia, akan menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

Masih menurut laporan BI, di sisi neraca modal dan portofolio, sentimen negatif yang dipicu gejolak di pasar keuangan global telah mendorong aliran keluar modal asing. Investasi portofolio mencatat terjadinya aliran keluar modal asing. Guna memenuhi kebutuhan akan impor yang meningkat, pelaku ekonomi domestik melakukan penarikan aset yang ditempatkan di luar negeri. (sof/fan)
Share:

0 komentar: