Dimulai Tahun Ini Hingga 2011
BOJONEGORO- Pemanfaatan air sungai Bengawan Solo menjadi perhatian utama pemerintah. Salah satunya membangun bendungan gerak (Bojonegoro Barrage) Bengawan Solo di Bojonegoro. Bendungan gerak yang sudah direncakan sejak tahun 2006 ini direncanakan mulai dilaksanakan tahun ini. Diperkirakan bakal menelan biaya hingga Rp 360 miliar. Pembangunan yang dianggarkan dari dana hibah Bank Dunia dan ditargetkan selesai tahun 2011. ''Pembangunan bendung gerak akan dilakukan dalam tiga tahun anggaran,''kata Kepala Balai Besar Sungai Bengawan Solo Graita kepada Radar Bojonegoro kemarin. Tahun anggaran pertama dimulai tahun 2009 dan berakhir tahun 2011.
Dia menyatakan pembangunan bendung gerak dengan lokasi di Desa Padang, Kecamatan Trucuk dan Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu. pengerjaannya akan dimulai tahun ini.
Pada tahap awal pembangunan akan dikerjakan pondasi bendung gerak, badan bendung, ''Dan dilanjutkan pemasangan pintu baja pada tahun berikutnya,'' tegasnya
Sementara pengerjaan teknis bangunan dikerjakan tahun ini . Sementara tanah yang akan dimanfaatkan untuk tempat pondasi bendung gerak di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, seluas 7 hektare dan di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu sekitar 6 hektare sudah dibebaskan. "Prinsip bendung gerak di Bojonegoro, sama dengan bendung gerak yang sekarang ada di Babat, Lamongan," tegasnya.
Dia menuturkan pintu bendung gerak ditutup ketika masuk musim kemarau dan airnya ditampung di badan sungai diatasnya. Menurut dia, persediaan air di tampungan memanjang (long storage) badan sungai Bengawan Solo debitnya bisa mencapai 13 juta meter kubik. Selanjutnya air di dalam tampungan itu, tambah dia, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku, mulai air industri, rumah tangga dan pertanian.
Dia menjelaskan, mengelola air baku Bengawan Solo lebih efektif dengan membangun bendung gerak dibandingkan dengan membangun waduk penampung air. Alasannya, membangun waduk penampung air cenderung memunculkan masalah sosial, terutama untuk pembebasan tanah.
Dia mencontohkan merealisasikan pembangunan waduk Jipang di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, akan memunculkan masalah sosial di dalam pembebasan tanah. Karena harus membebaskan tanah dan� memindahkan warga di kecamatan Ngraho (Bojonegoro) dan Cepu, Blora, Jawa Tengah. ''Termasuk sebuah lapangan terbang di Kapuan, Cepu,'' ungkapnya
Di lain pihak membangun waduk di daerah hilir membutuhkan luas areal genangan yang cukup luas karena topografis tanah di daerah hilir Jawa Timur tanahnya tidak curam. Dengan demikian, lanjut dia, membangun bendung gerak dianggap yang paling realistis, sebab selain tidak banyak membebaskan tanah juga memanfaatkan badan sungai sebagai tampungan air. ''Kalau detail bangunan Bendung Gerak di Bojonegoro, memiliki luas bentangan 504 m, dengan jumlah tujuh buah pintu, masing-masing pintu lebarnya 17,5 m dengan tipe radial gate. Selain itu juga dilengkapi dengan dua buah pintu pengatur debit masing-masing lebarnya 17,5 m,'' imbuhnya
Dia mengungkapkan bendung gerak yang memiliki panjang 1.841,752 m mampu menampung air sebanyak 13 juta meter kubik dan memiliki daerah tangkapan air seluas 12,467 km2. Manfaat adanya bendung gerak tersebut, mampu mencukupi kebutuhan air irigasi pertanian lewat pompanisasi dengan debit 5.850 liter/detik di Kabupaten Blora seluas 665 ha dan Kabupaten Bojonegoro seluas 4.949 ha. Selain itu, juga bisa mencukupi kebutuhan air industri di Blora 118 liter/detik dan Bojonegoro 961 liter/detik."Air di dalam tampungan itulah yang nantinya dikembangkan untuk kebutuhan air baku, tidak hanya industri, tetapi juga pertanian dan rumah tangga, " tandasnya. (ade)
(SUMBER: RADAR BOJONEGORO)






1 komentar:
mas wis dimulai pow proyek e??
Posting Komentar