Sabtu, 28 Februari 2009

Laba BUMN Pelat Merah Hanya Rp 75 T

Akibat Rugi Kurs Rp 12 Triliun

JAKARTA - Krisis global menggoyahkan kinerja BUMN. Dampaknya, target laba bersih perusahaan pelat merah pada 2008 tak tercapai atau meleset.

Sekretaris Kementerian Negara BUMN Said Didu mengungkapkan, berdasar hasil rekapitulasi seluruh laporan BUMN, total laba bersih perusahaan pelat merah hanya Rp 75 triliun atau di bawah target awal sebesar Rp 81 triliun. ''Laporannya sudah dikirim ke Depkeu dan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),'' ujarnya di Jakarta kemarin (27/2).

Menurut dia, melesetnya pencapaian target laba bersih BUMN tersebut terutama disebabkan kerugian selisih kurs. ''Nilainya Rp 12 triliun,'' tuturnya.

Dia menyebut, jika tidak terjadi kerugian akibat selisih kurs, laba bersih BUMN mungkin melampaui target dalam RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan, Red) 2008. ''Secara keseluruhan, kinerja BUMN masih bagus,'' katanya.

Dia menuturkan, pelemahan nilai tukar rupiah atas USD membuat nilai kewajiban (utang) BUMN dalam valas (USD) membengkak. Akibatnya, laba bersih ikut tergerus.

Data Kementerian BUMN menyebut, nilai tukar rupiah awal tahun lalu (2 Januari 2008) berada di level Rp 9.300 per USD. Namun, saat tutup buku laporan keuangan perusahaan akhir tahun lalu (31 Desember 2008), nilai tukar rupiah melemah hingga ke level Rp 11.900 per USD.

Selisih kurs sebesar Rp 2.600 per USD itu, ungkap Said, jelas diperhitungkan dalam laporan akuntansi keuangan perusahaan, termasuk perhitungan utang. ''Kalau tidak punya utang (dalam USD), ya jelas tak masalah,'' tuturnya.

Said membeber beberapa BUMN rugi kurs cukup besar. Antara lain, PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), PT Perusahaan Gas Negara (PGN), dan PT Pupuk Kujang. ''Dari data yang masuk, (rugi kurs) Pusri lebih dari Rp 2 triliun, dan Pupuk Kujang Rp 1 triliun. PGN juga besar,'' paparnya.

Sebelumnya, Men BUMN Sofyan Djalil menyebut persoalan rugi kurs tidak bisa dihindari. Sebab, sistem akuntasi internasional yang digunakan BUMN memang menggunakan acuan kurs saat awal tahun dan akhir tahun. ''Jadi, bukan nilai kurs rata-rata,'' katanya.

Karena itu, tutur Sofyan dia, sejak tahun lalu pihaknya sebenarnya mengeluarkan surat edaran ke seluruh BUMN agar berhati-hati dan waspada dalam penggunaan valas. Termasuk, mengelola utang dalam bentuk valas secara prudent. (owi/dwi)
Share:

0 komentar: