Minggu, 01 Februari 2009

Bengawan Solo Ancam 12 Daerah di Jawa Tengah

Daerah Hulu Sudah Terendam

SRAGEN - Bengawan Solo menebar ancaman. Hujan deras yang mengguyur sejak Jumat (30/1) siang hingga Sabtu (31/1) dini hari membuat hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa itu kembali meluap. Air bah segera menggenangi kota-kota di Jawa Tengah yang berada di sekitarnya, seperti Tanon, Sragen, dan sebagian wilayah Solo bagian selatan. Karena gaya gravitasi, banjir diramalkan segera mengalir ke kabupaten-kabupaten di Jawa Timur yang lokasinya lebih rendah.

Pantauan Radar Solo (Jawa Pos Group) kemarin (31/1), banjir telah mengisolasi wilayah Sragen Kota. Jalur darat dari arah Gemolong (barat) dan Sukodono (utara) tertutup arus banjir hingga setinggi badan orang dewasa. Ratusan kendaraan tidak bisa melintas. Sementara dari arah Solo (selatan), tepatnya di Masaran, air juga menggenang, sehingga arus lalu lintas terpaksa macet total.

Banjir yang melanda Sragen datang mulai Jumat (30/1) tengah malam. Curah hujan yang tidak kunjung berkurang membuat banjir semakin besar sampai hari mulai terang. Warga yang khawatir bencana banjir dahsyat pada akhir 2007 lalu terulang, memutuskan meninggalkan tempat tinggal mereka.

Tarno, 55, salah satu warga Desa Jono, Kecamatan Tanon, Sragen, mengaku, tanda-tanda banjir bandang seperti tahun sebelumnya mulai terlihat. Dengan menarik hewan ternak dan mengusung barang seadanya dia mengungsi ke rumah salah satu anaknya di Sragen. "Saya masih trauma peristiwa banjir tahun lalu. Malah sekarang datang lagi," tuturnya.

Data sementara yang diperoleh Radar Solo menyebutkan, ada lima desa yang kebanjiran di Kecamatan Tanon, yakni Pengkol, Padas, Gawan, Kecik, dan Jono. Dari lima desa itu, rumah yang kebanjiran 2.495 unit. Semua penghuninya sudah mengungsi sejak pagi hingga siang. Warga menginap di posko yang disiapkan pemerintah kecamatan. "Ada sembilan posko di sini. Kami siapkan mampu menampung warga di lima desa ini," ujar Camat Tanon Joko Haryanto.

Hingga berita ini diturunkan, Joko masih mendata kerugian warga akibat banjir. Wilayah Tanon yang paling parah kondisinya adalah areal pertanian. Sebab, para petani sepekan lagi memanen hasil buminya. Para petani ada yang menanam melon dan cabe. Tapi, sebagian besar bertani padi.

Kepala Kesbangpol dan Linmas Sragen Wangsit Sukono menjelaskan, wilayah yang paling parah terendam banjir sebagian besar di Kecamatan Plupuh, yakni Desa Sidokerto, Jabung, Gedongan, Dari, Karanganyar, Gentanbanaran dan Karungan. Desa Sidoharjo pun tak kalah parah.

Evakuasi segera dilakukan sejak malam hingga kemarin sore. Setidaknya Satlak Bencana Alam Kabupaten Sragen menerjunkan 12 perahu karet. Mereka dibantu satu perahu karet dari TNI dan satu tim SAR Jateng. Korban banjir dievakuasi ke posko-posko bencana, balai desa, masjid, dan puskesmas pembantu terdekat.

Wilayah Sragen, menurut Wangsit, sebagai korban banjir dari hulu Bengawan Solo. Jadi, pencegahan banjir harus dilakukan bersama-sama antar pemerintah daerah (pemda) yang dilewati Bengawan Solo.

Tak hanya permukiman warga yang porak poranda diterjang banjir. Luapan Bengawan Solo juga menutupi lalu lintas darat dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur dan sebaliknya. Air meluap hingga ketinggian satu meter dari dasar jalan. Air juga menggenangi rel kereta api hingga setinggi lebih dari 50 cm. Akibatnya, sejumlah perjalanan kereta api ditunda. Kereta api terpaksa menunggu di Stasiun Sragen. (sumber: Jawa Pos)
Share:

0 komentar: