Sabtu, 06 Desember 2008

Tiga Juta Jamaah Penuhi Al Haram

MAKKAH - Sekitar tiga juta umat Islam sedunia memenuhi Masjidilharam untuk melaksanakan salat Jumat qubro (akbar) kemarin. Mereka menjejali seluruh wilayah masjid terbesar di dunia itu hingga ke jalan raya. Namun, luberan jamaah yang ditaksir sekitar tiga juta orang tersebut tidak lagi didominasi jamaah asal Indonesia.

Wartawan Jawa Pos di Makkah, Abdul Muis, melaporkan, salat Jumat akbar kali ini terasa bukan ''milik'' jamaah Indonesia. Di antara lebih dari 200 ribu jamaah asal Indonesia, kali ini hanya terlihat beberapa ribu. Tak ada pemandangan mencolok kerumunan jamaah berseragam biru telur asin -milik jamaah Indonesia- menguasai semua pintu masuk Masjidilharam atau di area putaran tawaf.

Salat Jumat akbar kali ini lebih didominasi jamaah asal benua Afrika dan bangsa Arab. Misalnya, dari Iran, Turki, Tunisia, Mesir, Aljazair, dan jamaah hidung mancung lainnya. ''Jamaah kita tahun ini memang kami konsentrasikan hemat tenaga di maktab,'' ujar seorang pejabat di Daerah Kerja (Daker) Makkah yang ditemui seusai salat Jumat kemarin. Mereka tak boleh memeras tenaga lantaran Sabtu pagi (6/12) harus berangkat ke Padang Arafah untuk wukuf.

Imbauan tersebut direspons oleh mayoritas jamaah asal Indonesia. Sebab, maktab mereka sangat jauh dan bisa berakibat tersesat jika memaksakan ke Masjidilharam. Apalagi kendaraan umum dilarang masuk ring satu menuju Masjidilharam.

Tak heran jika jamaah haji yang nekat salat Jumat tidak terlalu banyak. Tidak sampai 20 persen dari jumlah jamaah Indonesia yang mencapai 200 ribu orang itu. ''Teman-teman memilih aman, Mas. Sebab, mereka takut nggak ada transportasi ke maktab,'' kata Burhanuddin, jamaah asal Banjarmasin.

Bersama enam orang sepemondokannya di Syauqiyah, Burhanuddin mengaku berangkat ke Masjidilharam sebelum subuh. Selama lebih dari sejam dia naik minibus untuk mencapai Masjidilharam. Agar keinginannya salat di depan Multazam (lambang pintu surga) tercapai, dia bersama rekannya harus siap fisik dan mental.

Ayah dua anak itu sengaja tidak banyak minum air dingin agar bisa menahan kencing. Dia juga selama sehari tidak makan sayuran yang mengandung gas. ''Kalau sering kentut, kan nggak bisa salat di dalam masjid. Pasti dapat di luar masjid karena harus wudu di luar sana,'' jelasnya.

Persiapan mental pun jauh hari sudah dihitung. Burhanuddin sengaja tidak mengajak banyak teman agar tidak silang pendapat. ''Dari enam teman, kami tinggal dua yang bertahan di sini. Lainnya tidak sanggup menunggu salat Jumat mulai pukul delapan pagi hingga setengah satu siang,'' ungkap pria yang duduk bersebelahan dengan Jawa Pos itu.

Teknik serupa dilakukan Totok Suparyanto dan Flodesa Anggariyanto. Pejabat Polda Jatim dan PLN Cabang Mojokerto tersebut punya keinginan kuat mengikuti salat Jumat qubro di Masjidilharam. Meski ada larangan dari bimbingan jamaah haji khusus yang diikuti, keduanya nekat meninggalkan kamar hotel.

Di atas Kakbah, tampak dua helikopter beriringan mengitari Masjidilharam. Deru mesinnya meraung-raung di tengah kekhusyukan jamaah hingga salat Jumat rampung. Dua pesawat pemantau itu juga terus berkeliling sampai jutaan umat Islam meninggalkan Masjidilharam.

Sesudah menunaikan salat Jumat kemarin, jutaan jamaah haji bersiap menuju ke Arafah dan Mina (Armina). Sesuai dengan agenda, jamaah haji Indonesia akan langsung menuju Arafah dan menginap semalam di sana. Jamaah haji Indonesia tidak mengikuti program tarwiyah karena jumlah mereka sangat banyak.

Jamaah haji Indonesia berangkat ke Arafah mulai Sabtu pagi (6/12). Mereka berangkat dua gelombang, mulai pukul 09.00 waktu Arab Saudi (WAS) hingga semua jamaah berkumpul di Arafah, sambil menunggu datangnya waktu wukuf 9 Zulhijah atau bertepatan dengan 7 Desember. ''Alhamdulillah, semua jamaah sudah berada di Makkah sejak Rabu lalu. Jadi, koordinasi akan lebih mudah,'' ungkap Zainal tadi malam.

Pelaksana Monitoring Ibadah Haji PPIH Nunun Firdaus mengatakan, wukuf di Arafah merupakan puncak ibadah haji. Jika jamaah tidak melaksanakan wukuf di Arafah, tidak akan sah hajinya. ''Untuk itu, kami (petugas haji) sudah siap menyafariwukufkan para jamaah yang sakit maupun uzur,'' kata Nunun.

Hingga kemarin, total jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia berjumlah 103 orang. ''Lebih dari separo jamaah wafat karena sistem sirkulasi pernapasan,'' kata dr Ramon, petugas kesehatan haji di Makkah. Menurut Ramon, jumlah tersebut tergolong banyak menjelang pelaksanaan wukuf. Sebab, kata dia, pada saat yang sama tahun lalu, angka kematian di bawah 100 jamaah.

Dari Jakarta, Mabes Polri menelisik sindikat penipu yang merugikan sedikitnya 62 calon jamaah haji asal Makassar dan Ternate. Tiga pelaku yang telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Bareskrim itu kini dimintai keterangan. Dana milik jamaah yang sudah masuk ke rekening tersangka juga sudah diblokir.

''Mereka menipu dengan menggunakan modus ONH plus. Tapi, ternyata itu janji palsu,'' kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol R. Abubakar Nataprawira di Mabes Polri kemarin (5/12). Ketiga pelaku itu Nasrun, Mansyur, dan Nura Harun. ''Korban dikenakan biaya bervariatif untuk bisa naik haji, yakni Rp 47,45 juta hingga Rp 70 juta. Kini korban juga ada yang kami mintai keterangan," tambah Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji.

Kasus itu bermula saat tujuh calon jamaah haji dari Ternate dan 55 orang dari Makassar menyetor pada korban pada Februari lalu. Setoran itu ditransfer ke rekening pelaku di Bank Mandiri secara bertahap. Kendati sudah menyetor, para korban diminta untuk mengurus paspor sendiri yang kemudian diserahkan kepada pelaku dengan alasan akan digunakan untuk mengurus visa. Para korban dijanjikan berangkat pada 1 Desember lalu. Namun, janji itu tak ditepati. (zul/naz/agm)
Share:

0 komentar: