JAKARTA - Indonesia kehilangan diplomat andal. Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas (menjabat 1988-1999) wafat kemarin pukul 07.30 di RS Mount Elizabeth, Singapura.
Pria 76 tahun itu jatuh sakit sejak 20 November 2008 dan sempat dirawat di RS Medistra, Jakarta. Untuk mendapat perawatan yang lebih baik, Alex -begitu panggilan akrab Ali Alatas- dipindahkan ke RS Mount Elizabeth pada 24 November 2008.
Dua belas tahun lalu, Alex sempat dirawat di RS yang sama untuk menjalani operasi by-pass jantung. Pria kelahiran Jakarta, 4 November 1932, tersebut meninggalkan istri, Yunisa Alatas, serta tiga putri dan delapan cucu. Jabatan terakhirnya adalah ketua Dewan Pertimbangan Presiden. Jenazah Alex tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul 18.10 dengan pesawat GA 869 dan diterima langsung Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda.
Presiden SBY mengunjungi rumah duka di Jalan Benda 19, Jakarta Selatan. Rombongan presiden hadir pukul 20.30 bersamaan dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi.
Sekitar 15 menit melihat jenazah dan menyampaikan belasungkawa, SBY menyempatkan diri memberikan keterangan mengenai jasa-jasa Alex bagi bangsa ini. ''Bangsa ini kembali kehilangan seorang tokoh besar. Seorang diplomat ulung, negarawan, serta pendidik yang gigih memperjuangkan kepentingan nasional,'' ujarnya dengan mata sembap.
Dalam kesempatan tersebut, SBY menyampaikan bahwa salah satu kenangan yang hingga kini masih diingat adalah pada 1999 saat Alex selaku ketua delegasi RI harus menjelaskan persoalan Timor Timur di forum Dewan Keamanan PBB.
''Saat itu, saya selaku salah seorang perwira tinggi TNI ikut mendampingi beliau. Beliau mengajarkan bagaimana tetap memosisikan diri untuk membela kepentingan nasional,'' ungkap SBY yang mengenakan batik ungu tersebut.
Setahun berikutnya, Alex juga menjelaskan dalam forum yang sama mengenai kasus Atambua. ''Saya masih ingat kata-kata yang beliau ucapkan saat itu,'' ujarnya.
Setahun lalu, tepatnya 2007, SBY kembali menghadiri forum DK PBB. Mantan Menko Polkam itu menjelaskan bahwa dulu dia berada di belakang dan meneladani. Kini, saat berada di depan, Alex memberikan masukan dan saran.
Rombongan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengunjungi rumah duka. Kalla datang pukul 21.30 setelah iring-iringan rombongan Presiden SBY pergi.
Sementara itu, PM Malaysia Abdullah Badawi mengungkapkan, Ali Alatas merupakan sosok diplomat yang hingga akhir hayatnya terus berbuat positif bagi hubungan Indonesia-Malaysia. Hingga kini, Alex masih menjabat anggota EPG (Eminent Person Group) Indonesia-Malaysia yang bertugas membuat program aksi antarmasyarakat.
Hadir di rumah duka, pejabat-pejabat Kabinet Indonesia bersatu, mantan-mantan pejabat masa Orde Baru, serta sanak keluarga. Ratusan bunga duka menghiasi rumah serta pekarangan tetangganya. Almarhum akan dimakamkan di TMP Kalibata hari ini pukul 09.00.
Alex memulai karir di Departemen Luar Negeri pada 1956 setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN) dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Dia ditempatkan sebagai diplomat di KBRI Bangkok (1956-1960) dan KBRI Washington DC (1966-1970), sebelum diangkat sebagai juru bicara Deplu dan kepala Sekretariat Menlu pada masa Menlu Adam Malik (1970-1975). Alex merupakan tokoh dan pelaku sejarah dalam pembentukan serta penguatan kerja sama ASEAN, sejak ASEAN dibentuk pada 1967. (iw/tom/nw)






0 komentar:
Posting Komentar