Jumat, 12 Desember 2008

Curahan Hati Pemain Cadangan Tim Nasional Indonesia

Hormati Keputusan Pelatih, tapi Tak Mau Menyerah

Dalam tiga pertandingan penyisihan grup Piala AFF 2008, tak sekali pun ada rotasi. Line-up utama selalu diisi sebelas pemain yang sama. Alhasil, sebelas pemain lainnya harus rela menjadi "ban serep". Bagaimana perasaan mereka?

MIFTAKHUL FAHAMSYAH

---

Masuk tim nasional (timnas) adalah kebanggaan bagi pemain. Kebanggaan itu semakin lengkap jika mendapatkan kesempatan untuk bermain. Namun, jika kesempatan itu tak kunjung datang, justru kesedihan yang muncul.

Itulah yang dirasakan Dian Agus Prasetyo dan Usep Munandar. Keduanya tersandar lemas di kursi tatkala gawang Indonesia kembali dibobol Singapura pada pertandingan terakhir penyisihan grup A Piala AFF 2008 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa malam lalu (9/12). Dian dan Usep menghela napas panjang untuk melepaskan beban.

Tapi, hanya sebatas itulah yang bisa mereka lakukan. Dian dan Usep tidak bisa berbuat banyak untuk membantu timnas membalikkan situasi. Sebab, mereka hanya duduk di tribun VIP barat SUGBK, bukan bermain di atas lapangan.

Sejak pertandingan pertama Indonesia di Piala AFF 2008, Dian dan Usep memang tidak masuk line-up utama. Di skuad cadangan pun nama keduanya tidak terdaftar. Mereka seperti menjadi pelengkap kuota 22 pemain Merah Putih di turnamen tersebut. Tidak bermain, tidak pula berseragam.

Memang, dari 22 pemain dalam satu tim, hanya 20 di antaranya yang masuk daftar main. Sebelas pemain menjadi tim inti, sembilan lainnya cadangan. Sedangkan dua pemain lain tidak masuk tim. Nasib itulah yang dialami Dian dan Usep.

''Pelatih mungkin punya pandangan lain dengan lebih menggunakan Markus (Horison) dan Ferry (Rotinsulu). Saya harus menghormati keputusan tersebut,'' ujar Dian kepada Jawa Pos.

Dari tiga laga yang telah dilakoni timnas, bukan hanya Dian dan Usep yang belum bermain. Masih ada tujuh pemain lain yang jadi ''korban'' strategi tanpa rotasi ala pelatih timnas Benny Dolo. Selama tiga pertandingan, Bendol -sapaan akrab Benny Dolo- selalu memilih sebelas nama yang sama sebagai starter. Padahal, Indonesia harus bertanding tiga kali dalam lima hari.

Di antara para pemain cadangan itu adalah Nova Arianto. Stopper sarat pengalaman tersebut tidak satu kali pun mencicipi line-up utama dalam tiga laga Indonesia. Nova hanya sempat merumput tujuh menit. Kesempatan itu didapatkan ketika Indonesia bertemu dengan Kamboja pada pertandingan kedua (7/12). Nova masuk menggantikan Muhammad Roby pada menit ke-83, ketika Indonesia sudah unggul empat gol tanpa balas.

Selain Nova, terdapat pula nama Ferry Rotinsulu, Fandy Mochtar, Irsyad Aras, atau debutan Talaohu Abdul Musafri. Selama tiga pertandingan Indonesia, mereka belum pernah merasakan panasnya pertarungan di atas lapangan hijau.

''Kami tentu tidak bisa memaksakan kehendak untuk dimainkan. Pelatih pasti punya pertimbangan dalam menurunkan pemain dan kami wajib mengikutinya,'' tegas Nova. ''Pilihan pelatih adalah yang terbaik untuk tim. Saya pun melihatnya seperti itu. Karena itu, kami harus menghormati apa yang telah diputuskan pelatih,'' timpal Musafri.

Oleh sebab itu, meski sedih tidak bisa berjuang di atas lapangan, mereka tidak terlalu kecewa. Dian, Nova, dan Musafri menandaskan bahwa mereka tidak patah arang meski belum berkesempatan untuk tampil di tiga pertandingan sebelumnya. Mereka bakal terus berusaha agar dilirik Bendol ke skuad utama.

''Kami akan terus berjuang untuk mendapat kepercayaan sebagai pemain inti,'' sebut Nova. ''Kami akan tunjukkan kerja keras kami di latihan. Saya percaya, jika sudah waktunya, kesempatan akan datang kepada kami,'' yakin Dian. (*/ca)
Share:

0 komentar: